SERUAN KEPADA UMMAT ISLAM
Bagi kita telah tampak dengan nyata usaha orang-orang yang hendak melumpuhkan tenaga Islam. Bermacam jalan mereka pakai, baik dengan terang-terangan atau dengan sumbunyi-sembunyi, dengan kekerasan atau-pun dengan tipu daya yang sangat licin untuk mencapai maksud itu. Islam harus dilumpuh-kan! Ummat Islam tidak boleh diberi ke-sempatan untuk berkuasa, baru sesuatu ideologi diluar Islam dapat dijadikan dasar Republik Indonesia dimasa datang. Selama tenaga dan kekuatan Islam masih ada, selama itu pula maksud itu belum dapat di-laksanakan.
Ini tidak perlu kita herankan. Walaupun Islam sebagai satu agama yang mempunyai per-aturan-peraturan yang cukup baik dan tahan uji disegenap masa dan jaman, peraturan-peraturan yang dibuat dan disusun oleh pem-buat alam semesta ini, oleh Tuhan Yang Maha Kuasa yang menjadikan sekalian makhluk, tidaklah akan dapat kita harapkan, bahwa semua orang-orang yang “berakal” akan me-nerima peraturan-peraturan itu. Tidak sedikit manusia yang menolak per-aturan-peraturan, hukum-hukum Tuhan, sekalipun mereka itu mempunyai “akal”. Tidak sedikit manusia yang menganggap dirinya lebih pintar dari pada Tuhan mem-buat peraturan-peraturan. Peraturan-peratur-an yang mereka anggap lebih baik dan sempurna untuk dijadikan alat dan syarat bagi menyusun dan mengatur dunia ini dengan sebaik-baiknya. Tuhan sendiri sudah berfirman, bahwa tidak sedikit orang-orang yang mengingkari kebenaran. Jadi tidaklah perlu kita herankan jika dari orang-orang yang mengingkari peraturan-peraturan Tuhan itu ada usaha-usaha hendak menghancurkan Islam. Malahan tidak logis jika mereka tidak berbuat begitu !
Hanya yang kita herankan, ialah usaha-usaha yang keluar dari kalangan ummat Islam sendiri, yang pada hakekatnya tidak sedikit membantu usaha orang-orang yang me-musuhi Islam, melumpuhkan tenaga kaum Muslimin, walaupun mereka tidak merasa berbuat begitu. Akibat dari perbuatan sebagai ummat Islam itu menunjukkan dan merupa-kan satu bahaya yang sangat besar bagi ke-majuan dan pertumbuhan masyarakat Islam di tanah air kita ini. Satu bahaya yang di-sebabkan oleh usaha ummat Islam sendiri, bukan usaha dari orang-orang diluar Islam. Tidaklah ini sangat mengherankan kita! Orang-orang yang menjunjung tinggi agama Islam, orang-orang yang fanatik kepada Islam, orang-orang yang taat mengerjakan ibadah, tetapi perbuatan-perbuatan mereka menghancurkan dan menghalang-halangi ke-majuan Islam.
Diwaktu yang akhir-akhir ini dimana-mana kita mendengar dan membaca tulisan-tulisan, selebaran-selebaran dan lain-lain, yang di-keluarkan oleh ummat yang mengakui ber-agama Islam, oleh “Pemuda-pemuda Islam Radikal” dengan membusuk-busukkan pe-muka-pemuka dan pemimpin-pemimpin Islam. Persis sebagaimana yang dikerjakan oleh orang-orang yang memusuhi Islam. Ber-macam-macam fitnah yang mereka hambur-kan ditengah-tengah masyarakat, fitnah yang pada hakekatnya lebih besar bahayanya dari pembunuhan, terhadap pemuka-pemuka dan pemimpin-pemimpin Islam yang kebetulan memegang peranan dalam perjuangan ummat Islam Indonesia dewasa ini. Kita yakin bahwa mereka bukanlah bermaksud hendak meng-hancurkan Islam. Mereka juga memperjuang-kan kepentingan Islam. Mereka cinta kepada Islam sebagaimana kita mencintai Islam. Tetapi rupanya yang tidak mereka cintai ialah pemimpin-pemimpin Islam itu, terbukti dari ucapan-ucapan dan tulisan-tulisan mereka sendiri. Tidaklah dapat kita pastikan apa se-benarnya yang menjadi sebab mereka ber-sikap dan berbuat begitu. Tetapi dapatkah mereka memahamkan bagaimana besar bahayanya usaha dan perbuatan mereka yang demikian itu bagi kemajuan dan pertumbuh-an masyarakat Islam ditanah air kita ini? Justru disaat-saat dimana kesatuan di kalang-an ummat Islam sangat dibutuhkan untuk perjuangan ideologi Islam, kesatuan meng-hadapi usaha-usaha dari luar yang hendak menghancurkan Islam.
Melihat perjuangan Islam dewasa ini ter-ingatlah kita kepada satu peristiwa yang ter-jadi atas diri Amirulmu’minin yang ke-2 ‘Umar Ibnul-Khattab. Diwaktu beliau me-ngerjakan shalat berjamaah dengan ummat Islam, tiba-tiba ada orang yang menikamnya dari belakang, yang menyebabkan sampai ajalnya. Sebelum ‘Umar Ibnul-Khattab me-ninggal, ditanyakannya siapa yang mem-bunuhnya. Orang-orang menjawab, bahwa yang membunuhnya itu adalah seorang Majusi yang memusuhi Islam. Mendengar jawaban itu tampak kegembiraan pada wajah ‘Umar, rasa syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena dia gugur bukan oleh tangan saudara-saudaranya, oleh tangan kaum Muslimin saudaranya seagama, tetapi oleh tangan orang yang memusuhi Islam. Alang-kah sedih rasa hatinya kalau yang menikam-nya itu saudara sendiri, saudaranya seagama, kepada siapa dia telah menumpahkan ke-percayaannya, menumpah-kan rasa kasih sayangnya. Alhamdulillah dia gugur oleh tangan orang yang mengingkari Tuhan, oleh orang yang membenci kaum Muslimin. Kalau toh akan hancur juga, biar hancur oleh tangan orang lain, oleh perbuatan orang lain, jangan oleh tangan dan perbuatan saudara-saudara sendiri! Rupanya begitu pendirian ‘Umar Ibnul-Khattab.
Kira-kira begitu riwayat mengenai diri ‘Umar Ibnul-Khattab. Alangkah baiknya jika riwayat ini menjadi perhatian kita ummat Islam pada dewasa ini. Riwayat seorang besar, seorang pecinta Islam, seorang yang mengorbankan segenap tenaga dan pikirannya untuk ke-pentingan masyarakat Islam, yang meng-gambarkan bagaimana sedih rasa hatinya, jika perjuangannya dihalangi dan dirintangi oleh saudara-saudaranya sendiri yang mengaku pula beragama Islam. Dan dapatlah kita rasakan pula sendiri sekarang ini, bagaimana ratap dan tangis yang keluar dari hati kita, melihat usaha-usaha sebagian ummat Islam yang nyata-nyata menghalang-halangi dan merintangi perjuangan kita menegakkan hukum Allah. Dapat kita rasakan bagaimana pahit dan sedihnya berhadapan dengan saudara-saudara sendiri. Apa yang hendak dikatakan! Apakah kita harus berbunuh-bunuhan dengan alasan masing-masing hendak menegakkan agama Allah, masing-masing menganggap bahwa merekalah di pihak yang benar.
Lembaran hitam dalam sejarah ummat Islam dimasa lampau, tidaklah cukup bagi kita dewasa ini untuk menjadi pelajaran, bagai-mana kesedihan dan duka nestapa yang me-liputi alam Islamy karena pertentangan-per-tentangan yang ada di kalangan ummat Islam sendiri, pertentangan yang menyebabkan hancurnya benteng pertahanan ummat Islam, yang menyebabkan rubuhnya tiang-tiang masyarakat Islam yang dengan keringat dan darah ditegakkan oleh kaum Muslimin sebelum mereka, dan jangan menyebabkan mereka turun-temurun berabad-abad lama-nya menjadi permainan dan budak bangsa lain. Cukuplah riwayat yang sangat me-nyedihkan itu terjadi sekali itu saja, jangan berulang lagi.
Pada hakekatnya ummat Islam hancur bukan oleh tenaga-tenaga dari luar. Tetapi Islam hancur oleh tenaga-tenaga yang datang dari dalam sendiri. Ini yang ditakutkan oleh Rasulullah yang diperingatkannya kepada pengikut-pengikutnya. Ini pula yang ditakut-kan oleh para sahabat, dan seharusnya ini pulalah hendaknya yang ditakutkan oleh pemuka-pemuka dan pemimpin-pemimpin Islam dewasa ini. Kalau ummat Islam akan hancur juga dalam memperjuangkan cita-citanya, biarlah hancur oleh tangan orang-orang yang nyata-nyata memusuhi Islam, tetapi janganlah oleh tangan kita sendiri, yang hanya akan menyebabkan masyarakat Islam diliputi kesedihan dan duka nestapa yang tidak terhingga. Tidak sia-sia Allah mem-peringatkan kepada ummat Islam, bahwa Dia sangat suka kepada orang-orang yang ber-juang pada jalan-Nya bersatupadu sebagai tembok yang tersusun rapi.
Kita dulu sudah merasa gembira waktu pada tanggal 7 Nopember 1945 ummat Islam telah berikrar, bahwa hanya satu partai politik Islam yang akan menjadi anutan seluruh ummat Islam Indonesia. Tetapi sekarang ini partai politik Islam sudah banyak. Disamping Masyumi ada PSII, ada NU, ada PERTI. Tetapi kita toh akan masih merasa gembira, jika partai-partai Islam yang ada itu menunjukkan kerja sama yang erat, sejalan me-nuju cita-cita yang sama, menegakkan hukum Allah, walaupun tidak hanya satu saja partai politik Islam sebagaimana yang telah di-ikrarkan pada 7 Nopember 1945.
Tetapi kenyataannya bukan begitu. Diwaktu yang akhir-akhir ini entah karena dalam menghadapi pemilihan umum, entah karena berebut pengaruh, tampak dengan jelas per-tentangan-pertentangan antara partai-partai Islam itu. Bukan pertentangan dalam arti kata yang sehat, tetapi pertentangan-pertentangan yang sengaja diada-adakan dengan berupa fitnah-fitnah yang dihambur-hamburkan di tengah-tengah masyarakat. Hendak kemana kaum Muslimin dewasa ini ! Sangat me-nyedihkan ! Lebih menyedihkan lagi jika se-golongan ummat Islam dengan secara kontan bersatu dengan golongan-golongan yang me-musuhi Islam dan bersama-sama meng-hancurkan potensi Islam. Entah ini dilakukan dengan sadar entah tidak, tetapi kenyataan usaha dan perbuatan mereka itu menyulitkan perjuangan kita.
Besar harapan kita soal ini menjadi perhatian pemuka-pemuka dan pemimpin-pemimpin Islam. Alangkah baiknya jika ke-empat partai Islam yang ada itu, MASYUMI, PSII, NU, PERTI terutama dalam menghadapi pemilih-an umum nanti dapat menyatukan tenaga, sedikitnya dapat mengadakan persetujuan jangan sampai satu sama lain “serang men-yerang” dalam memberikan penjelasan-pen-jelasan dan penerangan-penerang-an kepada khalayak ramai, yang hanya akan menimbul-kan retak dan perpecahan dikalang-an ummat kita, yang sudah pasti akan merupakan rintangan yang sangat besar bagi perjuangan menegakkan cita-cita Islam, yaitu berlakunya hukum dan undang-undang Allah di atas bumi tanah air kita ini.
Usaha orang-orang di luar Islam hendak menghancurkan kita sudah nyata. Maka janganlah usaha itu dibantu pula oleh sebagi-an ummat Islam sendiri, tetapi marilah kita satukan tenaga, kita perkuat benteng per-tahanan bersama, karena begitulah cara yang amat disukai Allah. Jangan kita menjadi sebab adanya lembaran hitam dalam sejarah ummat Islam Indonesia di masa datang. Ya Allah, amatlah besar hasrat kami melihat kesatuan dalam kalangan ummat Islam Indonesia sekarang ini, mengingat bahaya yang sedang mengancam ! Berilah kami keikhlasan dan kemauan untuk mewujudkan kesatuan tenaga dan usaha itu, hanya semata-mata hendak berbakti kepada-Mu ya Allah!
Dan kepada-Mu lah kami pulangkan segala-galanya.
“Dan Ta’atlah kepada Allah Rasul-Nya, dan janganlah kamu berbantah-bersengketa, yang me-nyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang ke-kuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
(QS. Al-Anfaal, 8 : 46)
Majalah Aliran Islam, No. 48, Tahun ke VIII, Mei 1953
Ini tidak perlu kita herankan. Walaupun Islam sebagai satu agama yang mempunyai per-aturan-peraturan yang cukup baik dan tahan uji disegenap masa dan jaman, peraturan-peraturan yang dibuat dan disusun oleh pem-buat alam semesta ini, oleh Tuhan Yang Maha Kuasa yang menjadikan sekalian makhluk, tidaklah akan dapat kita harapkan, bahwa semua orang-orang yang “berakal” akan me-nerima peraturan-peraturan itu. Tidak sedikit manusia yang menolak per-aturan-peraturan, hukum-hukum Tuhan, sekalipun mereka itu mempunyai “akal”. Tidak sedikit manusia yang menganggap dirinya lebih pintar dari pada Tuhan mem-buat peraturan-peraturan. Peraturan-peratur-an yang mereka anggap lebih baik dan sempurna untuk dijadikan alat dan syarat bagi menyusun dan mengatur dunia ini dengan sebaik-baiknya. Tuhan sendiri sudah berfirman, bahwa tidak sedikit orang-orang yang mengingkari kebenaran. Jadi tidaklah perlu kita herankan jika dari orang-orang yang mengingkari peraturan-peraturan Tuhan itu ada usaha-usaha hendak menghancurkan Islam. Malahan tidak logis jika mereka tidak berbuat begitu !
Hanya yang kita herankan, ialah usaha-usaha yang keluar dari kalangan ummat Islam sendiri, yang pada hakekatnya tidak sedikit membantu usaha orang-orang yang me-musuhi Islam, melumpuhkan tenaga kaum Muslimin, walaupun mereka tidak merasa berbuat begitu. Akibat dari perbuatan sebagai ummat Islam itu menunjukkan dan merupa-kan satu bahaya yang sangat besar bagi ke-majuan dan pertumbuhan masyarakat Islam di tanah air kita ini. Satu bahaya yang di-sebabkan oleh usaha ummat Islam sendiri, bukan usaha dari orang-orang diluar Islam. Tidaklah ini sangat mengherankan kita! Orang-orang yang menjunjung tinggi agama Islam, orang-orang yang fanatik kepada Islam, orang-orang yang taat mengerjakan ibadah, tetapi perbuatan-perbuatan mereka menghancurkan dan menghalang-halangi ke-majuan Islam.
Diwaktu yang akhir-akhir ini dimana-mana kita mendengar dan membaca tulisan-tulisan, selebaran-selebaran dan lain-lain, yang di-keluarkan oleh ummat yang mengakui ber-agama Islam, oleh “Pemuda-pemuda Islam Radikal” dengan membusuk-busukkan pe-muka-pemuka dan pemimpin-pemimpin Islam. Persis sebagaimana yang dikerjakan oleh orang-orang yang memusuhi Islam. Ber-macam-macam fitnah yang mereka hambur-kan ditengah-tengah masyarakat, fitnah yang pada hakekatnya lebih besar bahayanya dari pembunuhan, terhadap pemuka-pemuka dan pemimpin-pemimpin Islam yang kebetulan memegang peranan dalam perjuangan ummat Islam Indonesia dewasa ini. Kita yakin bahwa mereka bukanlah bermaksud hendak meng-hancurkan Islam. Mereka juga memperjuang-kan kepentingan Islam. Mereka cinta kepada Islam sebagaimana kita mencintai Islam. Tetapi rupanya yang tidak mereka cintai ialah pemimpin-pemimpin Islam itu, terbukti dari ucapan-ucapan dan tulisan-tulisan mereka sendiri. Tidaklah dapat kita pastikan apa se-benarnya yang menjadi sebab mereka ber-sikap dan berbuat begitu. Tetapi dapatkah mereka memahamkan bagaimana besar bahayanya usaha dan perbuatan mereka yang demikian itu bagi kemajuan dan pertumbuh-an masyarakat Islam ditanah air kita ini? Justru disaat-saat dimana kesatuan di kalang-an ummat Islam sangat dibutuhkan untuk perjuangan ideologi Islam, kesatuan meng-hadapi usaha-usaha dari luar yang hendak menghancurkan Islam.
Melihat perjuangan Islam dewasa ini ter-ingatlah kita kepada satu peristiwa yang ter-jadi atas diri Amirulmu’minin yang ke-2 ‘Umar Ibnul-Khattab. Diwaktu beliau me-ngerjakan shalat berjamaah dengan ummat Islam, tiba-tiba ada orang yang menikamnya dari belakang, yang menyebabkan sampai ajalnya. Sebelum ‘Umar Ibnul-Khattab me-ninggal, ditanyakannya siapa yang mem-bunuhnya. Orang-orang menjawab, bahwa yang membunuhnya itu adalah seorang Majusi yang memusuhi Islam. Mendengar jawaban itu tampak kegembiraan pada wajah ‘Umar, rasa syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena dia gugur bukan oleh tangan saudara-saudaranya, oleh tangan kaum Muslimin saudaranya seagama, tetapi oleh tangan orang yang memusuhi Islam. Alang-kah sedih rasa hatinya kalau yang menikam-nya itu saudara sendiri, saudaranya seagama, kepada siapa dia telah menumpahkan ke-percayaannya, menumpah-kan rasa kasih sayangnya. Alhamdulillah dia gugur oleh tangan orang yang mengingkari Tuhan, oleh orang yang membenci kaum Muslimin. Kalau toh akan hancur juga, biar hancur oleh tangan orang lain, oleh perbuatan orang lain, jangan oleh tangan dan perbuatan saudara-saudara sendiri! Rupanya begitu pendirian ‘Umar Ibnul-Khattab.
Kira-kira begitu riwayat mengenai diri ‘Umar Ibnul-Khattab. Alangkah baiknya jika riwayat ini menjadi perhatian kita ummat Islam pada dewasa ini. Riwayat seorang besar, seorang pecinta Islam, seorang yang mengorbankan segenap tenaga dan pikirannya untuk ke-pentingan masyarakat Islam, yang meng-gambarkan bagaimana sedih rasa hatinya, jika perjuangannya dihalangi dan dirintangi oleh saudara-saudaranya sendiri yang mengaku pula beragama Islam. Dan dapatlah kita rasakan pula sendiri sekarang ini, bagaimana ratap dan tangis yang keluar dari hati kita, melihat usaha-usaha sebagian ummat Islam yang nyata-nyata menghalang-halangi dan merintangi perjuangan kita menegakkan hukum Allah. Dapat kita rasakan bagaimana pahit dan sedihnya berhadapan dengan saudara-saudara sendiri. Apa yang hendak dikatakan! Apakah kita harus berbunuh-bunuhan dengan alasan masing-masing hendak menegakkan agama Allah, masing-masing menganggap bahwa merekalah di pihak yang benar.
Lembaran hitam dalam sejarah ummat Islam dimasa lampau, tidaklah cukup bagi kita dewasa ini untuk menjadi pelajaran, bagai-mana kesedihan dan duka nestapa yang me-liputi alam Islamy karena pertentangan-per-tentangan yang ada di kalangan ummat Islam sendiri, pertentangan yang menyebabkan hancurnya benteng pertahanan ummat Islam, yang menyebabkan rubuhnya tiang-tiang masyarakat Islam yang dengan keringat dan darah ditegakkan oleh kaum Muslimin sebelum mereka, dan jangan menyebabkan mereka turun-temurun berabad-abad lama-nya menjadi permainan dan budak bangsa lain. Cukuplah riwayat yang sangat me-nyedihkan itu terjadi sekali itu saja, jangan berulang lagi.
Pada hakekatnya ummat Islam hancur bukan oleh tenaga-tenaga dari luar. Tetapi Islam hancur oleh tenaga-tenaga yang datang dari dalam sendiri. Ini yang ditakutkan oleh Rasulullah yang diperingatkannya kepada pengikut-pengikutnya. Ini pula yang ditakut-kan oleh para sahabat, dan seharusnya ini pulalah hendaknya yang ditakutkan oleh pemuka-pemuka dan pemimpin-pemimpin Islam dewasa ini. Kalau ummat Islam akan hancur juga dalam memperjuangkan cita-citanya, biarlah hancur oleh tangan orang-orang yang nyata-nyata memusuhi Islam, tetapi janganlah oleh tangan kita sendiri, yang hanya akan menyebabkan masyarakat Islam diliputi kesedihan dan duka nestapa yang tidak terhingga. Tidak sia-sia Allah mem-peringatkan kepada ummat Islam, bahwa Dia sangat suka kepada orang-orang yang ber-juang pada jalan-Nya bersatupadu sebagai tembok yang tersusun rapi.
Kita dulu sudah merasa gembira waktu pada tanggal 7 Nopember 1945 ummat Islam telah berikrar, bahwa hanya satu partai politik Islam yang akan menjadi anutan seluruh ummat Islam Indonesia. Tetapi sekarang ini partai politik Islam sudah banyak. Disamping Masyumi ada PSII, ada NU, ada PERTI. Tetapi kita toh akan masih merasa gembira, jika partai-partai Islam yang ada itu menunjukkan kerja sama yang erat, sejalan me-nuju cita-cita yang sama, menegakkan hukum Allah, walaupun tidak hanya satu saja partai politik Islam sebagaimana yang telah di-ikrarkan pada 7 Nopember 1945.
Tetapi kenyataannya bukan begitu. Diwaktu yang akhir-akhir ini entah karena dalam menghadapi pemilihan umum, entah karena berebut pengaruh, tampak dengan jelas per-tentangan-pertentangan antara partai-partai Islam itu. Bukan pertentangan dalam arti kata yang sehat, tetapi pertentangan-pertentangan yang sengaja diada-adakan dengan berupa fitnah-fitnah yang dihambur-hamburkan di tengah-tengah masyarakat. Hendak kemana kaum Muslimin dewasa ini ! Sangat me-nyedihkan ! Lebih menyedihkan lagi jika se-golongan ummat Islam dengan secara kontan bersatu dengan golongan-golongan yang me-musuhi Islam dan bersama-sama meng-hancurkan potensi Islam. Entah ini dilakukan dengan sadar entah tidak, tetapi kenyataan usaha dan perbuatan mereka itu menyulitkan perjuangan kita.
Besar harapan kita soal ini menjadi perhatian pemuka-pemuka dan pemimpin-pemimpin Islam. Alangkah baiknya jika ke-empat partai Islam yang ada itu, MASYUMI, PSII, NU, PERTI terutama dalam menghadapi pemilih-an umum nanti dapat menyatukan tenaga, sedikitnya dapat mengadakan persetujuan jangan sampai satu sama lain “serang men-yerang” dalam memberikan penjelasan-pen-jelasan dan penerangan-penerang-an kepada khalayak ramai, yang hanya akan menimbul-kan retak dan perpecahan dikalang-an ummat kita, yang sudah pasti akan merupakan rintangan yang sangat besar bagi perjuangan menegakkan cita-cita Islam, yaitu berlakunya hukum dan undang-undang Allah di atas bumi tanah air kita ini.
Usaha orang-orang di luar Islam hendak menghancurkan kita sudah nyata. Maka janganlah usaha itu dibantu pula oleh sebagi-an ummat Islam sendiri, tetapi marilah kita satukan tenaga, kita perkuat benteng per-tahanan bersama, karena begitulah cara yang amat disukai Allah. Jangan kita menjadi sebab adanya lembaran hitam dalam sejarah ummat Islam Indonesia di masa datang. Ya Allah, amatlah besar hasrat kami melihat kesatuan dalam kalangan ummat Islam Indonesia sekarang ini, mengingat bahaya yang sedang mengancam ! Berilah kami keikhlasan dan kemauan untuk mewujudkan kesatuan tenaga dan usaha itu, hanya semata-mata hendak berbakti kepada-Mu ya Allah!
Dan kepada-Mu lah kami pulangkan segala-galanya.
“Dan Ta’atlah kepada Allah Rasul-Nya, dan janganlah kamu berbantah-bersengketa, yang me-nyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang ke-kuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
(QS. Al-Anfaal, 8 : 46)
Majalah Aliran Islam, No. 48, Tahun ke VIII, Mei 1953

No comments