Dan kata Akhlaq merupakan bentuk jama’ dari kata khuluqun.
A. AkhlaqKata Akhlaq berasal dari kata Khalaqa, berarti mencipta.
Dari kata akhlaq tersebut melahirkan dua buah kata, yaitu :
a) Kalqun = badan kasar = Jasmani
b) Khuluqun = Badan halus = Rohani
Rasulullah Saw. sering berdo’a :
“Wahai Tuhanku! Sebagaimana Engkau telah baguskan jasadku, maka baguskanlah akhlaq-ku!”.
Bila kata akhlaq ini kita tempatkan antara MAKHLUQ dan KHALIQ, maka tepat kalau kita definisikan (ta’rif) sebagai berikut : “Sikap hidup seorang Mu’min adalah yang mencerminkan ajaran Islam dalam setiap aspek kehidupan sebagai tanda pengabdian (‘ibadah) dari seorang MAKHLUQ kepada KHALIQ-nya.”
Sewaktu Siti ‘Aisyah ra. ditanya tentang bagaimana akhlaq Rasulullah. Beliau menjawab : “Akhlaq Rasulullah adalah Al-Qur’an”.
Kesimpulan :
Akhlaq yang demikian itulah yang pantas dan wajib menjadi akhlaq seorang Da’i.
B. ‘Aqidah
Lahirnya akhlaq adalah karena ‘aqidah. ‘Aqidah adalah merupakan kata lain bagi kata Iman. Dimana ‘Aqidah secara bahasa memiliki arti ikatan.
Bila seseorang telah mengucapkan “Syahadat”, maka dia dengan sadar telah mengikat diri kepada Dienul Islam.
Itulah sebabnya Rasulullah Saw. bersabda : “Agama itu adalah ikatan”.
Kesimpulan :
‘Aqidah inilah melahirkan akhlaq atau kepribadian Muslim dan ini merupakan bekal bagi seorang Da’i, dan ini merupakan suatu tugas yang amat mulia dalam pandangan Allah Swt., sebagaimana tercantum dalam firman-Nya (QS. Fush-Shilat, 41 : 33) :
Kewajiban bagi seorang Da’i adalah memelihara rohaninya (Akhlaq-nya) supaya tetap sehat dan akan melahirkan akal sehat.
Akal sehat merupakan rahmat dari Allah Swt. sebagaimana tercantum dalam firman-Nya (QS. Hud, 11 : 118-119) :
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat – kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan; sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya”.
Sebuah sajak :
“Mari kita pelihara rohani kita dengan senantiasa mendekatkan diri (Taqarrub) kepada Yang Maha Kuasa dan Maha Pemurah, Maha Pengasih!”.
Ada Da’i yang memiliki bakat untuk menarik massa dengan dakwahnya. Ini adalah karunia dari Allah Swt. Dalam keadaan yang seperti ini dapat saja terjadi, dimana perhatian Da’i tidak lagi tertuju kepada mustami’in (pendengar), tetapi tertuju kepada diri sendiri. Ini sangat berbahaya, sebab dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit seperti : riya, hubbud dunya, takkabur dan lain sebagainya karena merasa dirinya “siap pakai “. *)
C. Contoh yang Paling Baik
Contoh yang paling baik bagi seorang Da’i dalam melakukan tugasnya adalah bercermin pada Rasulullah saw.
Sifat Muhammad saw. sebagai seorang Rasul dan sebagai seorang Da’i ialah :
a) Fathanah (Cerdas)
b) Shiddiq (Jujur / Benar)
c) Amanat ( Dapat dipercaya)
d) Tabligh (Transparan / tidak ada yang disembunyikan)
Fathanah ialah kecerdasan, dapat memahami dengan baik setiap persoalan-persoalan yang dihadapi serta dapat menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Ini hanya dapat terjadi pada sesorang yang memiliki hati bersih. Yang dimaksud dengan hati bersih ialah “Cinta akan kebenaran (Al-Haq)”, siap setiap saat memperjuangkan dan mempertahankannya, disamping itu hati yang bersih itu ialah yang diliputi oleh rasa kasih sayang (lihat! QS. At-Taubah ayat 128).
Itulah sebabnya Rasulullah saw. memulai dakwahnya dengan “Ishlahu ‘aqidah” (memperbaiki ‘aqidah), apabila ‘aqidah telah tertanam maka dengan sendirinya sifat-sifat : shiddiq, Amanah dan Tabligh akan mengikuti.
Kesemuanya itu merupakan sifat-sifat yang penting dimiliki oleh setiap Da’i.
Adapun tabligh yang dicontohkan Rasulullah, ialah disamping dengan lisan (bil-lisan) juga dengan amal perbuatannya (bil-hal), sehingga benar-benar menjadi Panutan Ummat.
D. Akhlaq Da’i :
1. Senantiasa meningkatkan diri sebagai da’i. Diriwayatkan, bahwa pada suatu ketika ada seorang sahabat yang bertanya kepada Rasulullah saw. tentang siapakah manusia yang paling baik? Rasulullah saw. menjawab :
a) AQRAUHUM, yang paling banyak di antara mereka (luas ilmunya dan dalam pengetahuannya).
b) ATQAUHUM LILLAH, yang paling kuat taqwanya kepada Allah swt.
c) AWSHALUHUM LIRRAHMI, yang rajin memelihara silaturahmi.
d) AMARUHUM BILMA’RUF WA ANHAHUM ANIL MUNKAR, yang rajin melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar.
2. Jauhi diri dari tiap-tiap perbuatan yang merusak agama. Lihat! QS. Ar-Rum, 30 : 31-32 :
“Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah Shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah – yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”.
Merusak Agama
Yang dimaksud dengan merusak agama ialah menambah-nambah ajaran agama (Dienul Islam) yang dikenal dalam Islam dengan nama BID’AH.
Bahaya Mengerjakan Bid’ah
Dengan lahirnya bid’ah tersebut maka terjadilah perbedaan pendapat di kalangan Kaum Muslimin, yang dikenal dengan kata KHILAFIAH atau IKHTILAF.
Sebagai akibatnya di kalangan Kaum Muslimin terjadi perpecahan. Padahal untuk menyelesaikan setiap persoalan (atau perpecahan) sudah diberikan tuntunannya, sebagaimana firman-Nya :
“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
(QS. An-Nisa’,4 :59)
Akan tetapi ada sebagian orang berpendapat “soal khilafiyah itu adalah soal furu’, soal ranting bukan soal pokok (Ushul).”
Bahaya Bid’ah
Rasulullah saw. bersabda :
“Allah tidak akan menerima dari orang-orang bid’ah : shalatnya, shaumnya, shadaqahnya, hajinya, ‘umrahnya, jihadnya, taubatnya, tebusannya; dia keluar dari Islam sebagaimana keluarnya sehelai rambut dari tepung.” (HR. Ibnu Majah)
Selanjutnya :
“Barang siapa yang mangicuhkan ummatku, maka Allah melaknatnya “Apa yang dimaksud dengan mengicuhkan itu, ya Rasulullah?, “Mengicuhkan itu ialah seseorang yang berbuat (mencontohkan) perbuatan bid’ah itu (kepada ummatku) lalu mereka mengerjakannya.” (HR. Ad-Daruquthny).
Bolehkah kita membiarkan bid’ah itu dilakukan?
Sekarang ada alasan-alasan dari orang-orang yang melakukan bid’ah supaya jangan dipersoalkan lagi karena pasti akan menimbulkan perpecahan di kalangan Kaum Muslimin, sedangkan kita membutuhkan persatuan dalam menghadapi orang-orang yang tidak menyukai Islam.
Tetapi Rasulullah saw. dalam hal ini, bersabda :
“Nanti akan datang sesudah kamu suatu kaum yang berbicara tetapi tidak mengamalkannya; ada juga yang beramal (beribadah) tetapi tidak sesuai dengan yang diperintah (oleh Allah). Barangsiapa sungguh-sungguh memberikan pengertian kepada mereka dengan kekuasaannya, dengan lisannya atau dengan hatinya, maka mereka adalah orang-orang yang beriman. Sebaliknya, yaitu orang-orang yang tidak berbuat, bersikap masa bodoh, maka sebesar biji sawi pun tiada iman dalam dadanya.”
Mari persoalan ini kita renungkan.
“Wahai Tuhanku! Sebagaimana Engkau telah baguskan jasadku, maka baguskanlah akhlaq-ku!”.
Bila kata akhlaq ini kita tempatkan antara MAKHLUQ dan KHALIQ, maka tepat kalau kita definisikan (ta’rif) sebagai berikut : “Sikap hidup seorang Mu’min adalah yang mencerminkan ajaran Islam dalam setiap aspek kehidupan sebagai tanda pengabdian (‘ibadah) dari seorang MAKHLUQ kepada KHALIQ-nya.”
Sewaktu Siti ‘Aisyah ra. ditanya tentang bagaimana akhlaq Rasulullah. Beliau menjawab : “Akhlaq Rasulullah adalah Al-Qur’an”.
Kesimpulan :
Akhlaq yang demikian itulah yang pantas dan wajib menjadi akhlaq seorang Da’i.
B. ‘Aqidah
Lahirnya akhlaq adalah karena ‘aqidah. ‘Aqidah adalah merupakan kata lain bagi kata Iman. Dimana ‘Aqidah secara bahasa memiliki arti ikatan.
Bila seseorang telah mengucapkan “Syahadat”, maka dia dengan sadar telah mengikat diri kepada Dienul Islam.
Itulah sebabnya Rasulullah Saw. bersabda : “Agama itu adalah ikatan”.
Kesimpulan :
‘Aqidah inilah melahirkan akhlaq atau kepribadian Muslim dan ini merupakan bekal bagi seorang Da’i, dan ini merupakan suatu tugas yang amat mulia dalam pandangan Allah Swt., sebagaimana tercantum dalam firman-Nya (QS. Fush-Shilat, 41 : 33) :
Kewajiban bagi seorang Da’i adalah memelihara rohaninya (Akhlaq-nya) supaya tetap sehat dan akan melahirkan akal sehat.
Akal sehat merupakan rahmat dari Allah Swt. sebagaimana tercantum dalam firman-Nya (QS. Hud, 11 : 118-119) :
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat – kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan; sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya”.
Sebuah sajak :
“Mari kita pelihara rohani kita dengan senantiasa mendekatkan diri (Taqarrub) kepada Yang Maha Kuasa dan Maha Pemurah, Maha Pengasih!”.
Ada Da’i yang memiliki bakat untuk menarik massa dengan dakwahnya. Ini adalah karunia dari Allah Swt. Dalam keadaan yang seperti ini dapat saja terjadi, dimana perhatian Da’i tidak lagi tertuju kepada mustami’in (pendengar), tetapi tertuju kepada diri sendiri. Ini sangat berbahaya, sebab dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit seperti : riya, hubbud dunya, takkabur dan lain sebagainya karena merasa dirinya “siap pakai “. *)
C. Contoh yang Paling Baik
Contoh yang paling baik bagi seorang Da’i dalam melakukan tugasnya adalah bercermin pada Rasulullah saw.
Sifat Muhammad saw. sebagai seorang Rasul dan sebagai seorang Da’i ialah :
a) Fathanah (Cerdas)
b) Shiddiq (Jujur / Benar)
c) Amanat ( Dapat dipercaya)
d) Tabligh (Transparan / tidak ada yang disembunyikan)
Fathanah ialah kecerdasan, dapat memahami dengan baik setiap persoalan-persoalan yang dihadapi serta dapat menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Ini hanya dapat terjadi pada sesorang yang memiliki hati bersih. Yang dimaksud dengan hati bersih ialah “Cinta akan kebenaran (Al-Haq)”, siap setiap saat memperjuangkan dan mempertahankannya, disamping itu hati yang bersih itu ialah yang diliputi oleh rasa kasih sayang (lihat! QS. At-Taubah ayat 128).
Itulah sebabnya Rasulullah saw. memulai dakwahnya dengan “Ishlahu ‘aqidah” (memperbaiki ‘aqidah), apabila ‘aqidah telah tertanam maka dengan sendirinya sifat-sifat : shiddiq, Amanah dan Tabligh akan mengikuti.
Kesemuanya itu merupakan sifat-sifat yang penting dimiliki oleh setiap Da’i.
Adapun tabligh yang dicontohkan Rasulullah, ialah disamping dengan lisan (bil-lisan) juga dengan amal perbuatannya (bil-hal), sehingga benar-benar menjadi Panutan Ummat.
D. Akhlaq Da’i :
1. Senantiasa meningkatkan diri sebagai da’i. Diriwayatkan, bahwa pada suatu ketika ada seorang sahabat yang bertanya kepada Rasulullah saw. tentang siapakah manusia yang paling baik? Rasulullah saw. menjawab :
a) AQRAUHUM, yang paling banyak di antara mereka (luas ilmunya dan dalam pengetahuannya).
b) ATQAUHUM LILLAH, yang paling kuat taqwanya kepada Allah swt.
c) AWSHALUHUM LIRRAHMI, yang rajin memelihara silaturahmi.
d) AMARUHUM BILMA’RUF WA ANHAHUM ANIL MUNKAR, yang rajin melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar.
2. Jauhi diri dari tiap-tiap perbuatan yang merusak agama. Lihat! QS. Ar-Rum, 30 : 31-32 :
“Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah Shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah – yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”.
Merusak Agama
Yang dimaksud dengan merusak agama ialah menambah-nambah ajaran agama (Dienul Islam) yang dikenal dalam Islam dengan nama BID’AH.
Bahaya Mengerjakan Bid’ah
Dengan lahirnya bid’ah tersebut maka terjadilah perbedaan pendapat di kalangan Kaum Muslimin, yang dikenal dengan kata KHILAFIAH atau IKHTILAF.
Sebagai akibatnya di kalangan Kaum Muslimin terjadi perpecahan. Padahal untuk menyelesaikan setiap persoalan (atau perpecahan) sudah diberikan tuntunannya, sebagaimana firman-Nya :
“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
(QS. An-Nisa’,4 :59)
Akan tetapi ada sebagian orang berpendapat “soal khilafiyah itu adalah soal furu’, soal ranting bukan soal pokok (Ushul).”
Bahaya Bid’ah
Rasulullah saw. bersabda :
“Allah tidak akan menerima dari orang-orang bid’ah : shalatnya, shaumnya, shadaqahnya, hajinya, ‘umrahnya, jihadnya, taubatnya, tebusannya; dia keluar dari Islam sebagaimana keluarnya sehelai rambut dari tepung.” (HR. Ibnu Majah)
Selanjutnya :
“Barang siapa yang mangicuhkan ummatku, maka Allah melaknatnya “Apa yang dimaksud dengan mengicuhkan itu, ya Rasulullah?, “Mengicuhkan itu ialah seseorang yang berbuat (mencontohkan) perbuatan bid’ah itu (kepada ummatku) lalu mereka mengerjakannya.” (HR. Ad-Daruquthny).
Bolehkah kita membiarkan bid’ah itu dilakukan?
Sekarang ada alasan-alasan dari orang-orang yang melakukan bid’ah supaya jangan dipersoalkan lagi karena pasti akan menimbulkan perpecahan di kalangan Kaum Muslimin, sedangkan kita membutuhkan persatuan dalam menghadapi orang-orang yang tidak menyukai Islam.
Tetapi Rasulullah saw. dalam hal ini, bersabda :
“Nanti akan datang sesudah kamu suatu kaum yang berbicara tetapi tidak mengamalkannya; ada juga yang beramal (beribadah) tetapi tidak sesuai dengan yang diperintah (oleh Allah). Barangsiapa sungguh-sungguh memberikan pengertian kepada mereka dengan kekuasaannya, dengan lisannya atau dengan hatinya, maka mereka adalah orang-orang yang beriman. Sebaliknya, yaitu orang-orang yang tidak berbuat, bersikap masa bodoh, maka sebesar biji sawi pun tiada iman dalam dadanya.”
Mari persoalan ini kita renungkan.
KH.M. Rusyad Nurdin
AKHLAQ SEORANG DA’I
Reviewed by AdminDD
on
3:54:00 AM
Rating: 5
Reviewed by AdminDD
on
3:54:00 AM
Rating: 5

No comments